“Lu tahu gak jalan tembus dari sini ke Cipanas?” tanya Alex kepada saya sesaat sebelum melanjutkan perjalanan. Saya hanya mengangguk. Sementar Shandi menjawab, “Pasti tembus lah. Masak kita gak tembus. Toh kalo nyasar bersama-sama, gak sendirian. Jadi, malunya gotong royong!” seloroh pemuda asal pekalongan ini. Kontan kami bertiga tertawa renyah mendengarnya. Dan benar saja, 15 menit kemudian, berangkat dari bubur pak Maman, kami tiba di jalan raya Cipanas. Tidak ada tanya sana-sini. Hanya bermodalkan membaca papan penunjuk jalan, dan sedikit semangat menduga-duga, ketemu juga.
Perjalanan dari Cipanas menuju Padalarang via Cianjur mungkin menjadi sedikit membosankan dan membuat ngantuk. Sebab, jalurnya cenderung lurus. Walaupun kami mendapat sedikit “hiburan” ketika memasuki wilayah Cipatat dan Citatah, dimana jalur yang menanjak dan berlika-liku meminta untuk dicumbui. Toh, tetap saja truk besar yang berjalan pelan, menjadi hal yang mesti dihadapi. Alhasil, tingkat kewaspadaan semakin tinggi. Saat berada di jalur ini, saya merasa ngeri campur takjub kepada para pengendara motor. Bagaimana tidak, dengan santai mereka mendahului mobil/truk saat di tikungan! Padahal dengan begitu, kita tidak bisa melihat apakah ada kendaraan setelah tikungan atau tidak. Berani atau nekat? Tak tahulah. Yang pasti, kami bertiga melepas formasi dan memilih sendiri posisi yang nyaman. Kadang Alex di depan, kadang juga saya dan Shandi di depannya. Yang penting, posisi kami harus bisa terlihat oleh pengendara lain. Maklum, pengendara motor acapkali tidak disadari keberadaanya oleh pengemudi mobil/truk. Lanjutkan membaca “Sarapan di Cipanas, Makan Siang di Cikampek. Perjalanan Menuntaskan Rasa Penasaran. (bag. 2)”
Komentar Terbaru